Selasa, 05 Februari 2008

Jangan Terlalu Tekun Menikmati Penyesalan

Pernah menyesal? Merasa percuma? Memang. Hanya menyesal memang percuma. Karena yang lebih penting adalah memperbaikinya.

Siapa sih yang enggak pernah menyesal? Ada saja hal-hal yang bisa bikin kita menyesal setengah mati. Bayangkan, bagaimana enggak menyesal kalau sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita lakukan seandainya kemarin kita tidak rajin buang waktu. Kita menyesal karena kurang optimal hingga kemampuan kita hanya begini-begini saja, padahal sebetulnya kita bisa lebih. Atau kita menyesal karena sudah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.

Bicara soal penyesalan tidak akan pernah ada habisnya. Kita juga pastinya sudah bosan dengan pepatah, "penyesalan selalu datang terlambat." Tiba-tiba saja kita menyesal karena saat menjelang ujian kita tidak mempersiapkan diri dengan optimal. Padahal, kalau saja kita mengurangi jatah "nongkrong" di depan televisi, di game center, untuk belajar, pasti bisa lulus.

Ah, kalau saja kita berani bilang "tidak" sama tawaran sobat untuk nyoba "ngisep", mungkin saat ini kita masih bisa bermain, tersenym, dan pergi sekolah seperti biasanya. Seandainya saja kita tegang menolak pacar untuk menemani doi belajar di rumahnya, berdua saja, pasti ini semua enggak akan terjadi! "MBA" deh .. aduh, andai saja ini semua enggak terjadi, pasti sekarang kita enggak akan sedih begini.

Penyesalan selalu terlambat

Kenapa semua ini bia terjadi? Kenapa penyesalan selalu datang terlambat? Klise banget ya ngomongin soal ini. Dampak buruk dari apa yang kita lakukan saat ini biasanya enggak pernah kita hitung. Ini terjadi karena ternyata kita lalai. Kelalaian yang sederhana begini ini yang akhirnya sering membuat kita kelimpungan.

Karena kita lalai dalam belajar, akhirnya enggak lulus ujian. Atau karena lalainya kita untuk mengatur waktu dan keuangan, anggaran kita "jebol" untuk hal-hal yang ternyata enggak begitu penting. Kita lupa bahwa ada hal lain-lain yang lebih penting. Andai saja kita tidak lalai dan berani bersikap tegas untuk mau disiplin dan mengikuti norma yang kita miliki, mungkin dampaknya tidak merusak masa depan, membubarkan mimpi-mimpi kita. Wah, serem banget ya.. ! Dan, itu semua hanya karena satu kata lalai!

Kalau dilihat lebih jauh lagi ke belakang, ini semua terjadi karena ternyata kita tidak disiplin. Ada banyak hal yang ternyata "mengganggu" dan mengalihkan perhatian dari semua hal yang seharusnya menjadi pusat perhatian kita.

"Gangguan-gangguan" ini ternyata sanggup mengalahkan diri kita, membuat kita jadi tergoda dan akhirnya malah membuat kita melenceng dari yang seharusnya. Misalnya saja, saat muncul godaan-godaan itu, yang ada dalam hati kita malah penyangkalan dan pembenaran atas apa yang seharusnya kita lakukan meskipun kita tahu itu tidak seharusnya kita lakukan.

Saat seharusnya kita belajar, mungkin kata yang terbersit dalam hati adalah, "Ah… sebentar lagi deh. Filmnya lagi seru, nih," atau saat seharusnya langsung pulang, tapi malah memutuskan untuk mampir ke mal dulu, mungkin yang terbersit adalah, "Iseng ah, lihat-lihat dulu. Boleh dong refreshing…"

Atau saat memutuskan "ya" atau "tidak" terhadap ajakan doi, yang terpikir adalah, "Ah… enggak apa-apa deh. Enggak akan ada apa-apa ini." Ternyata hasil akhirnya di luar dugaan. Dan terbukti, menyesal memang selalu belakangan.

Salah enggak sih? Ya salah. Sedih enggak? Ya sedihlah… Tapi kita kan enggak bisa terus-menerus bersedih. Walaupun penyesalan selalu datang terlambat, tapi bukan berarti kita boleh sedih sepanjang masa.

Okelah kalau saat ini kita gagal dalam ujian. Okelah saat ini nilai kita jeblok. Tapi, jangan sampai kejadian lagi deh gagal ujian yang sama sampai dua kali! Akhirnya kita harus bisa bangkit dan buktikan kalau kita bisa mengerjakan soal-soal itu jauh lebih baik.

Sama juga halnya dengan kelalaian kita dalam hal manajemen waktu dan keuangan jangan mau lagi kebablasan di lain waktu.

Sekarang saatnya bangkit

Namanya juga manusia. Pasti pernah bikin kesalahan. Jadi, melakukan kesalahan itu normal. Menyesal belakangan juga normal. Tapi, menjadi tidak normal ketika kita terlalu tekun menikmati penyesalan itu tanpa memikirkan jalan keluarnya. Tanpa bertekad untuk tidak mengulangi untuk yang kedua kalinya.

Tahu enggak, pada saat kita dihadapkan pada "tawaran ngawur", hal terberat yang perlu dilawan adalah diri sendiri. Karena kita yang paling tahu diri kita, maka kita jadi punya super banyak alasan untuk membenarkan apa yang kita lakukan. Kita jadi lupa pada rencana-rencana kita.

Alasan-alasan nakal yang kita buat sendiri inilah yang bikin kita menyesal nantinya. Ngaku deh, pasti pada saat kita sibuk berargumentasi pada diri sendiri saat akan melakukan kesalahan, hati kecil bilang, "Jangan!" Tapi kita jalan terus.

Semua sudah terjadi. Apapun yang kita lakukan, kesalahan tetap kesalahan. Kita tidak akan pernah bisa mentolerir semua bentuk kesalahan yang sudah kita lakukan. Lantas apa dong yang bisa kita lakukan?

Terima dan akui bahwa kita memang melakukan kesalahan?

Kenali dan sadari apa kesalahan kita. Ini membantu kita untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Wake up, guys! Kesalahan yang telah lalu jangan jadi penghalang untuk memberi yang terbaik dari yang bisa kita berikan!

Tetapkan tujuan dan mulai melangkah dengan optimistis.

So, guys… bukan berarti kita jadi melegalkan semua kesalahan kita, lho. Semua yang salah tetap salah. Hanya saja kita harus punya keberanian untuk menatap hari esok, jangan terlalu lama menghabiskan waktu untuk sekadar menyesali semua kelalaian kita.

Yang penting kemudian adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan pengalaman-pengalaman ini untuk mengembangkan diri menjadi diri yang lebih baik dalam hal pengendalian disiplin diri. Kalau kita bisa terpacu untuk menjadi lebih baik, pastinya tidak ada masalah yang tidak bisa kita atasi, bukan?

Sebenarnya semua godaan yang kita alami setiap hari itu membuat hidup kita lebih indah. Kalau kita berhasil mengatasinya, kita bakal jadi manusia hebat. Sepuluh tahun ke depan, dunia ini akan jadi lebih baik karena berisi orang-orang hebat kita.

Tidak ada komentar: